Header

Sabtu, 11 Februari 2012

PERAN SPIRITUALISME DALAM MENCIPTAKAN GENERASI MUDA YANG BERPRESTASI

Oleh:
Imam Arifa’illah S.H.


MADRASAH ALIYAH MATHOLI’UL ANWAR
SIMO SUNGELEBAK KARANGGENENG LAMONGAN
2010
PERAN SPIRITUALISME DALAM MENCIPTAKAN GENERASI MUDA YANG BERPRESTASI
Oleh: Imam Arifa’illah S.H.
Para pemuda ibarat ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam lingkup kecil maupun luas seperti negara. Mereka merupakan motor penggerak akan kemajuan sebuah negera. Makanya tidak heran, jika ada yang mengatakan bahwa sebuah negara akan menjadi kuat eksistensinya, ketika para pemudanya mampu tampil aktif dan dinamis di tengah masyarakat.
Ketika kita membicarakan sosok seorang pemuda, sebenarnya sama halnya kita sedang berbicara mengenai dunia remaja. Menurut beberapa pakar psikologi, masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan. Oleh sebab itu, di sinilah mental remaja itu akan benar-benar diuji. Berbagai fenomena yang syarat akan jawaban dan persoalan yang menuntut sebuah solusi akan terus senantiasa mengiringinya.
Persoalan tentang kenakalan remaja tidak henti-hentinya dibincangkan oleh berbagai elemen masyarakat. Hal itu merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap generasi muda, dikarenakan posisi generasi muda itu sendiri yang dipandang sangat strategis demi kemajuan bangsa dan negara. Sebagai generasi penerus, kaum muda selalu dituntut untuk meningkatkan kualitasnya di berbagai dimensi kehidupan, utamanya dalam dua hal yang dipandang sangat penting, moral dan intelektual. Namun di saat yang sama, pemuda memiliki sikap rasa ingin tahu yang begitu tinggi. Sehingga mereka tidak segan-segan untuk melakukan hal-hal negatif tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan. Dalam keadaan yang masih labil ini, pemuda sangat memerlukan seorang pendamping yang dapat mengarahnya kepada hal-hal yang positif, dan mencegahnya dari perbuatan yang negatif.
Sudah menjadi wacana umum, bahwa dekadensi moral yang terjadi pada kawula muda telah mencapai titik mengkhawatirkan. Terjadinya pelanggaran norma-norma sosial yang dilakukan oleh para muda-mudi merupakan masalah terpenting bangsa ini dalam rangka perbaikan sumber daya manusianya. Ketika sebuah etika sosial masyarakat tidak diindahkan lagi oleh kaum muda, maka laju lokomotif perbaikan bangsa dan negara akan mengalami hambatan.
Berikut ini terdapat beberapa data yang cukup dijadikan indikator bahwa telah sedemikian parahnya dekadensi para pemuda. Dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya (narkoba), 90 persen adalah generasi muda, termasuk 25.000 mahasiswa (Kompas, 05 Februari 2010). Selain itu, semakin legalnya tempat-tempat hiburan malam yang menjerumuskan anak bangsa ke jurang hitam. Bahkan bukan merupakan hal yang tabu lagi di era sekarang ini, hubungan antar muda-mudi yang selalu diakhiri dengan hubungan layaknya suami-isteri atas landasan cinta dan suka sama suka. Sebuah fenomena yang sangat menyedihkan tentunya ketika prilaku semacam itu juga ikut disemarakkan oleh para muda-mudi yang terdidik di sebuah istansi berbasis agama. Namun itulah fenomena sosial yang harus kita hadapi di era yang semakin bebas dan arus yang semakin global ini.
kasus tawuran antar pelajar, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya. Hal itu seakan sudah menjadi kebiasaan di kalangan remaja kita. Bahkan ironisnya persoalan yang memicu terjadinya kontak fisik itu adalah hal-hal yang sangat remeh. Misalnya, karena minta rokok dan tidak diberi, atau karena ketersinggungan yang hanya bersifat dugaan semata. Hal-hal semacam itu berpotensi sekali untuk menyulut api bentrokan antar pelajar. Kontak fisik seolah menjadi solusi satu-satunya untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Mereka tidak lagi memikirkan akibat yang akan diderita oleh berbagai pihak. Bahkan mereka tidak menghiraukan lagi kalau tindakan mereka itu akan menimbulkan kerugian yang sangat besar, baik bagi diri sendiri,keluarga, ataupun sosial. Padahal didalam Al hadist sudah dikatakan“Setiap mukmin yang satu bagi mukmin lainnya bagaikan suatu bangunan, antara satu dengan yang lainnya saling mengokohkan,”
mampukah pemuda saat ini mengemban amanah bangsa ini, dengan berbagai persoalan di depan kita dalam kondisi pemuda terjadi dekadensi? Sulit rasanya. Bisa dibayangkan pemuda yang biasanya melangar nilai dan norma dapat mengemban amanah bangsa ini dengan baik. kiranya spiritualisme perlu diperhatikan dan ditaburkan kepada para pemuda untuk mencega kenakalan remaja .Mungkin bagi kita akan menganggap kalimat spiritualisme sebagai sesuatu yang berlebihan. Anggapan ini, mungkin akan hilang kalau kita menyadari bahwa betapa kuatnya pengaruh spiritualitas diri kita dalam memperngaruhi seluruh gaya hidup . Kita menyadari atau tidak ? Bahwa kekuatan spiritual diri kita telah menuntun jalan hidup kita untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Spiritualitas dalam diri adalah nilai-nilai spiritual dalam jiwa yang ada pada setiap orang dan biasanya akan berada di bawah panduan tuntunan agama. Dalam konsep Islam, nilai-nilai spiritual harus berada dalam tuntunan al-Qur`an dan Sunnah Rasul-Nya. Orang yang memiliki kekuatan spiritual bagaikan telah tertanam dan tertancap sangat kuat di dalam hati sanubarinya paku-paku spiritual berkarat yang selanjutnya akan menyebarkan virusnya ke seluruh jaringan tubuh, tulang rangka, urat, organ-organ tubuh, aliran darah, hingga membentuk sebuah pola keyakinan luar biasa yang akan berwujud menjadi suatu aplikasi gerak dan niat dalam kehidupannya.
Berbeda dengan paku berkarat biasanya, yang menyebarkan virus penyakit dan dikenal sebagai energi negative, namun paku spiritual berkarat akan menyebarkan virus kekuatan positive yang akan mengambil tempat di dalam qalbu sanubari dan membentuk medan energi positive yang memberikan pengaruh ke seluruh jaringan tubuh jasmanian dan ruhaniah.
Khusus untuk yang beragama Islam, maka kekuatan spiritualitas suci kita yang akan dianggap sebagai kunci kesuksesan, kesehatan, dan beragam manfaat lainnya adalah kekuatan spiritual yang terkendali dalam tuntunan al-Qur`an dan Sunnah Rasul-Nya. Kami menyebutnya sebagai kuncinya kehidupan, karena kekuatan spiritualitas suci akan terkoneksi dengan sang pencipta Alam, Allah Subhanahu Wa ta`ala. Dalam bahasa lainnya, jalan spiritual adalah jalan tol khusus untuk berhubungan dengan sang Pencipta alam semesta ini, Allah yang maha besar. Dan berhubungan dengan sang pencipta adalah kuncinya segala rahasia kehidupan seluruh makhluk alam semesta termasuk di dalamnya adalah berbagai rahasia kesehatan, kesuksesan, keselamatan, dan bahkan dalam hal hidup bermasyarakat dan bernegara.
Dalam Islam, nilai spiritualitas seseorang dinilai dari caranya dalam memahami hidup melalui perenungan dan zikir tak henti-henti kepada Allah swt. Jika dikaitkan dengan pemanfaatan SQ, memang seharusnya zikir menjadi aktivitas yang tepat dalam berproses mendapatkan SQ. Ada beberapa manfaat dari nilai spiritualisme :
 Manfaat Menggunakan Spiritualisme :
1.Membersihkan Jiwa
2. Mengundang Rahmat Allah
3. Meningkatkan keimanan kepada Allah
4. Menguatkan mental, stabilitas jiwa, dan kepercayaan diri
5. Mengundang rejeki bersih yang tak terduga dan berkelimpahan
6. Mengurangi bahkan membebaskan hutang
7. Membuka “aura” - Cahaya Wajah
8. Mempermudah hadirnya jodoh
9. Mengundang hadirnya anak keturunan
10. Dan lain sebagainya

Pengertian zikir bermacam-macam. Banyak ulama memberikan definisi zikir. Meskipun demikian, makna zikir itu sendiri tetap punya fungsi dan tujuan yang sama, yakni, membangun kedekatan dengan Allah agar manusia terhindar dari perbuatan tercela. Tapi dari asal usul katanya yang ditafsirkan dari al-Qur’an, zikir bisa berarti mengucapkan dengan lidah/menyebut sesuatu. Zikir juga punya pengertian mengingat dan menghafal. Secara umum, zikir juga berarti memelihara sesuatu.
Zikir pun bisa dikategorikan pengertiannya secara sempit dan luas. Secara sempit zikir berarti dengan lidah, yakni menyebut nama Allah dengan lidah atau ucapan, seperti mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah, dll. Sedangkan zikir secara luas, yakni kesadaran tentang kehadiran Allah, di mana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaan-Nya dengan makhluk; kebersamaan dalam arti pengetahuan-Nya terhadap apapun di alam raya ini. Serta bantuan dan pembelaan-nya terhadap hamba-hamba-Nya yang taat. [M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an tentang Zikir & Doa; Lentera Hati 2006].
Dari pengertian zikir tersebut, jelas bahwa kapasitas SQ seorang Muslim tergantung pada pemahaman dan pengamalan zikir itu sendiri. Apalagi dalam konteks zikir lebih luas, sangatlah berkesinambungan dengan keutamaan SQ seseorang dalam berbagai tindakan, sikap, dan perbuatan di berbagai aspek kehidupan.
Dengan berzikir secara benar, kita sebenarnya menjalani kehidupan cara Rasulullah Saw. Di mana pun dan kapan pun, beliau selalu berzikir kepada Allah untuk mempertahankan kesimbangan IQ dan EQ-nya. Bukankah Allah sudah berfirman dalam QS al-Baqarah [2]: 152 “Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat [pula] kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari [nikmat]-Ku”.Dengan begitu kekuatan spiritual sangat berperan dalam membentuk moral yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu kita sebagai umat islam seyogyanya menaburkan spiritualisme kepada saudara kita khususnya para pemuda. Untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar