BAB
I
JAGAD
RAYA
Asal Usul Jagad Raya
Jagad Raya
yang dimaksudkan adalah Bumi, Matahari, Bulan, Bintang, seluruh Planet
dan benda-benda lain yang merupakan bagian dari Alam Semesta. Memang agak
sedikit membingungkan istilah Jagad Raya dan Alam Semesta ini. Disatu sisi
kedua kata tersebut bisa memiliki makna yang sama, namun juga bisa memiliki
makna yang sedikit berbeda. Dalam bahasa asing kita mengenal istilah cosmos dan
universe. Tapi kita tidak akan membahas dari sisi makna atau kebahasaan.
Dalam pembahasan
mengenai Jagad Raya kita mengenal Ilmu yang sering disebut dengan Kosmologi
(Cosmology). Termasuk di dalamnya Kosmogoni (asal usul kosmos/semesta) dan
Kosmografi (Penggambaran struktur kosmos/semesta). Sedikit berbeda dengan
Astronomi yang mempelajari benda-benda angkasa (Jagad Raya) yang di tinjau dari
segi fisik saja. Astronomi telah berkembang pesat dan melahirkan cabang-cabang
ilmu baru antaral ain Astrofisika, Astrobiologi, Astrokimia, Astrometri,
Arkheoastronomi. Sedangkan Kosmologi lebih bersifat mempelajari asal usul atau
sejarah serta struktur Jagad Raya secara Makro (menyeluruh) baik dari segi
fisik maupun segi filosofis. Hal tersebut dikarenakan pandangan manusia
mengenai alam semesta sebagai alam 'natural' dan alam 'supranatural'. Karena
sisi filosofinya maka Kosmologi lebih berkembang ke arah filsafatnya dibanding
secara fisik. Sehingga Kosmologi berkembang bahkan ke arah ilmu agama
(religius). Sehingga kita mengenal adanya Kosmologi Islam (KosmologiQur’an)
,Kosmologi Hindu Kosmologi Budhist ,Kosmologi Kristiani, dll.
1.
Teori
“Big Bang”
Salah satu
teori yang menjelaskan proses terjadinya jagat raya adalah teori ”Big
Bang”.Menurut teori ini, jagat raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi
kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu. Akibat ledakan tersebut materi-materi dengan
jumlah sangat banyak terlontar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi
tersebut akhirnya membentuk bintang, planet,debu kosmis, asteroid, meteor,
energi, dan partikel-partikel lain. Teori ”Big Bang” inididukung oleh seorang
astronom dari Amerika Serikat, yaitu Edwin Hubble. Berdasarkan pengamatan dan
penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa jagat raya ini tidak
bersifatstatis. Semakin jauh jarak galaksi dari Bumi, semakin cepat proses
pengembangannya.Penemuan tersebut dikuatkan lagi oleh ahli astrofisika dari
Amerika Serikat, ArnoPnezias dan Robert Wilson pada tahun 1965 telah mengukur
tahap radiasi yang ada diangkasa raya.
Penemuan
ini kemudian disahkan oleh ahli sains dengan menggunakan alat NASA yangbernama
COBE spacecraft antara tahun 1989–1993. Kajian-kajian terkini darilaboratorium
CERN (Conseil Europeen pour la Recherche Nucleaire atau European Councilfor
Nuclear Research) yang terletak berdekatan dengan Genewa menguatkan lagi teori
”BigBang”. Semua ini mengesahkan bahwa pada masa dahulu langit dan
Bumi pernah bersatusebelum akhirnya terpisah-pisah seperti sekarang.
2. Teori “Keadaan Tetap”
Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan
sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama berabad-abad selalu dalam keadaan
yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dariketiadaan. Penambahan jumlah
zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama,yaitu kira-kira seribu
juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini diajukan
oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris. Dalam
teori”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan
dalam ruang angkasadi antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan
terbentuk guna menggantikan galaksiyang menjauh. Orang sepakat bahwa zat yang
merupakan asal mula bintang dan galaksitersebut adalah hidrogen. Teori ini
diterima secara skeptis oleh beberapa ahli yang lain, sebabhal itu melanggar
salah satu hukum dasar fisika, yaitu hukum kekekalan zat. Zat tidak
dapatdiciptakan atau dihilangkan tetapi hanyalah dapat diubah menjadi jenis zat
lain atau menjadienergi. Sampai saat ini belum dapat dipastikan bagaimana
se-sungguhnya jagat raya ini terbentuk. Teori-teori yang dikemukakan para ahli
tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
3. Teori Nebula
Hipotesis
Nebula. Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh
Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant
(1724-1804) pada tahun 1775.
|
||
Immanuel
Kan
|
Hipotesis
serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada
tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace,
menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa.
Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas
yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan
kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu
kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari
raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan
es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut
memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet
luar.
|
Pierre
Marquis de Laplace
|
Laplace
berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet
merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka. Teori Kabut (Nebula)
menceritakan kejadian tersebut dalam 3 (tiga ) tahap :
- Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar
- Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
- Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.
Berbagai
Modifikasi Hipotesis Nebula. Astronom Jerman C. von Weizsaeckar
memperkenalkan hipotesis nebulanya pada tahun 1940-an. Dia berpendapat bahwa
suatu lapisan materi bersifat gas pernah muncul dan keluar sampai jauh sekali
dari garis khatulistiwa matahari di jaman purba. Sebagian besar lapisan ini
terdiri dari unsur ringan hidrogen dan helium.
Akhirnya,
tekanan panas dan radiasi matahari menghilangkan sebagian besar hidrogen dan
helium serta meninggalkan unsur-unsur yang lebih berat. Unsur-unsur yang lebih
berat itu secara bertahap berkumpul dalam suatu deretan konsentris yang
berbentuk seperti ginjal. Deretan massa ini menarik bahan-bahan lain yang
terdapat di ruang angkasa dan berkembang menjadi planet.
4.
Teori Alam Semesta Quantum.
Teori ini diciptakan oleh William Lane Craig, 1966. Dia
mengemukakan bhwa alamsemesta adalah sudah ada selamanya dan akan selalu ada
untuk selamanya pula. Dalam teoriini, ruang hampa pd hakikatnya tdk ada, yg
ada adl partikel" subatomik.Seiring perkembangan teknologi dan astronomi,
lahir bnyk teori" yg memperkuatkebenaran teori" dentuman besar.
Diantaranya adl teori: Arno Penzias dan RobertWilson (1965)George Smoot(1989).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar