Header

Minggu, 15 April 2012

PENDEKATAN IPS

oleh:
imam arifa'illah s.h & indah ashlachal ummah

A. Pengertian Konsep dalam IPS
Sebagai suatu bidang studi, IPS mempunyai struktur, materi, sasaran, serta metode dan karakteristik. Dengan demikian, sebelum melaksanakan program/pengajaran, maka harus lebih dahulu disiapkan rencana-rencana dengan mempertimbangkan segala aspek tersebut diatas, agar IPS sebagai bidang studi dengan segala implikasinya.
Bidang studi IPS sebagai areas of studies hasil paduan (penyaturagaan) bermacam-macam disiplin ilmu sosial, hendaknya tidak selau ditafsirkan sebagai hasil paduan materi disiplin ilmu-ilmu sosial, tetapi seringkali merupakan paduan-paduan konsep-konsep ilmu sosial. Oleh karena itu, untuk memahami IPS kita harus lebih dahulu memahami memahami pengertian istilah “KONSEP”. Sebab, tidak dengan memahami pengertian istilah konsep, akan mempersulit atau menghambat pemahaman kita tentang hakekat IPS.
Para ahli memiliki definisi tersendiri dalam memberi definisi untuk suatu pengertian. Untuk menjelaskan definisi tentang sebuah makna kata konsep, para ahli juga memiliki pandangan yang berbeda. Berikut ini adalah definisi pengertian definisi konsep menurut para ahli:
1. Woodruf mendefinisikan konsep sebagai suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.
2. Dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Konsep merupakan abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Pengertian Konsep sendiri adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. Konsep juag dapat diartikan pembawa arti.
3. Soedjadi mendefinisikan konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menagadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangakaian kata.
5. Bahri menjelaskan konsep adalah satuan ahli yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama.
Yang dimaksud dengan istilah konsep disini, tidak sama dengan istilah konsep dalam Bahasa Belanda yang sering kita gunakan sehari-hari.
Istilah konsep dalam IPS, adalah menurut pengertian dalam Bahasa Inggris (Amerika Serikat). Dalam pengertian IPS, yang disebut konsep adalah sebagai berikut,
“Concept is a general idea, ussualy expressed by a word, which represent a class or group of things or actions having certain characteristics in common”. (Quillen and Hanna, LA, 1961)
Atau dalam perumusan sederhana, konsep dapat dijelaskan sebagai berikut:
“Konsep adalah abstraksi dari sejumlah (sekelompok atau semua) benda-benda (fakta-fakta) yang memiliki ciri-ciri esensi yang sama, yang tidak dibatasi yang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu”.
Konsep merupakan abstraksi atau pengertian abstrak, karena merupaka ide tentang sesuatu (benda, peristiwa, hal-hal) yang ada didalam pikiran. Ia mengandung penilaian dan penafsiran (bukan berwujud fakta atau konkrit).
Menurut fancett (dalam wawasan ilmu pengetahuan sosial, waney 1989:69 ) mengatakan bahwa Secara hakiki konsep mengandung lima ciri yaitu:
1. Konsep bukan merupakan hal yang sudah tersediah dan siap pakai akan tetapi merupakan penemuan (invention).
2. Konsep diperoleh dari pengalaman, seperti yang sudah dikemukakan terdahulu. Hal ini tergantung dari banyaknya, jenisnya dan frekuensinya pengenalan terhadap fenomena yang menyangkut sesuatu konsep. Jadi pengalaman seseorang diwaktu masih kanak-kanak tidak sama dengan pengalamannya disaat ia sudah dewasa dalam hal ini.
3. Oleh karena konsep itu merupakan penemuan yang didasarkan pada pengalaman pribadi, maka konsep itu juga menjadi sangat pribadi. Konsep menjadi sangat bersifat perorangan atas dua dasar, yaitu 1) tidak ada pengalaman dari dua orang yang identik, dan 2) pengamatan setiap orang berdasarkan kerangka acuanya (frame of reference) sendiri yang berbeda dengan orang lain walaupun terhadap fenomena yang sama.
4. Sesuatu konsep merupakan bentuk sementara (tentative version). Ia akan makin canggi kalau pengalaman orang dalam konseptualisasi itu makin bertambah. Jadi konsep berkembang dan berubah sejalan dengan bertambahnya pengalaman.
5. Berdasarkan perbedaan-perbedaan dalam pengalaman betul dan kerangka acuan tersebut tidak ada konsep yang benar-benar. Dalam hal ini keshahihan (validitas) konsep itu tergantung pada benar atau tetap tidaknya suatu konsep melainkan kepada kemampuan konsep itu untuk menjelaskan dan mengorganisasikan contoh-contoh yang tidak terbatas jumlahnya itu dari fenomena yang hendak diwakilinya.
Konsep membantu kita dalam mengadakan pembedaan, penggolongan, atau penggabunag fakta disekeliling kita. Misalnya kita mengenal banyak sekali data perang, seperti Perang Paregreg adalah perang antara Majapahit istana barat yang dipimpin Wikramawardhana, melawan istana timur yang dipimpin Bhre Wirabhumi. Perang ini terjadi tahun 1404-1406 dan menjadi penyebab utama kemunduran Majapahit, Perang diponegoro adalah perang antara pendukung Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda. Pangeran Diponegoro (1785-1855), Perang Paderi merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.Perang Padri ini terjadi pada kawasan Kerajaan Pagaruyung antara tahun 1803 hingga 1838, Perang Aceh adalah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873 hingga 1904. Kesultanan Aceh menyerah pada 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus berlanjut, Perang Candu atau Perang Opium juga disebut Perang Anglo-Cina, berlangsung dari tahun 1839 - 1842 dan 1856 - 1860 sebagai klimaks dari sengketa perdagangan antara Cina dibawah Dinasti Qing dengan Britania Raya. Penyelundupan opium Britania dari India ke Cina dan usaha pemerintah Cina menerapkan hukum obat-obatannya menyebabkan konflik militer., Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat PDII) adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang berlawanan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang sejarah dengan lebih dari 100 juta personil, Perang Aliansi, Perang Bur, dan sebagainya.
Istilah perang yang bersifat umum, tidak terikat oleh ruang dan waktu, merupakan abstraksi (ide yang abstrak yang ada dalam pikiran yang mengandung pengertian, penilaian dan penafsiran) dari seluruh data-data tentang perang yang memiliki kesamaan ciri-ciri esensial.
Dengan demikian, pengertian ”perang” merupakan konsep.
Yang dimaksud dengan ciri-ciri esensial, adalah ciri-ciri dasar yang secara spesifik hanya dimiliki oleh segolongan fakta-fakta yang sejenis. Bruner menjelaskan pengertian “konsep” dan “ciri-ciri esensial” dengan cara sederhana sebagai berikut:
Buah Apel memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
- Warna : Hijau kekuningan, kemerah-merahan.
- Bentuk : Bulat
- Ukuran :  0, 0.5 s/d 0.3 Liter
- Berat :  0.1 s/d 3 Ons
- Rasa : Manis, manis kemasam-masaman
- Kulit : Tipis, tidak bekelupas
- Daging : Tidak berlapis
Tiap-tiap ciri bukan merupakan ciri esensial, karena cirri-ciri itu secara terpisah dapat dimiliki oleh jenis-jenis buah lain. Tetapi ciri-ciri diatas secara keseluruhan hanya dimiliki oleh jenis buah apel saja. Sehingga kesatuan tujuh ciri-ciri itu merupakan ciri esensial.
Kata Apel, (sebagai pengertian abstrak) yang mewakili seluruh jenis bua apel, yang memiliki ciri esensial yang sama, adalah konsep. Dan komponen-komponen (disiplin-disiplin) ilmu sosial terdapat banyak sekali konsep-konsep
1. Konsep-konsep Ilmu Sejarah, misalnya:
Migrasi, feodalisme, imperialisme, rasionalisme, sosialisme, perang, liberalisme, perdamaian, perjanjian, persetujuan, persekutuan, candi, area, uang kuno, perdagangan, pahlawan, nasionalisme, dan sebagainya.
2. Konsep-konsep Ilmu Ekonomi, misalnya:
Tukar menukar, uang, pasar, bursa, liberalisme, kapitalisme, imperialisme, koperasi, pajak, cukai, untung, rugi, harga, industri, produksi, distribusi, konsumen, pabrik, pengusaha, pendapatan, kerja, tenaga, jasa, dan sebagainya.
3. Konsep-konsep Ilmu Geografi, misalnya:
Tanah, air, udara, sungai, gunung, hutan, antariksa, flora, fauna, laut, gempa, sumber alat, kependudukan, desa, kota, dan sebagainya.
4. Konsep-konsep Ilmu Antropologi, misalnya:
Kebudayaan, peradaban, kepercayaan, folklore, survival, adat, tradisi, induk bangsa (ras), bahasa, nasionalisme, sistem kekerabatan, sistem mata pencaharian, kesenian, magie, upacara, religi, dan sebagainya.
5. Konsep-konsep Ilmu Sosiologi, misalnya:
Norma sosial, kerja sama sosial, kelompok sosial, organisasi sosial, status sosial, kelas sosial, kelas sosial, desa kota, urbanisasi, ruralisasi, persalinan, kerja sama, dan sebagainya.
Dari contoh-contoh berbagai konsep diatas, ternyata beberapa jenis konsep terdapat pada lebih dari satu disiplin ilmu sosial, seperti : migrasi, nasionalisme, imperialisme, desa, kota, dan sebagainya. Konsep-konsep yang selalu bersama, dimiliki oleh beberapa disiplin ilmu disebut dengan istilah core concept (konsep inti).
Jika orang memperhatikan konsep dasar dari tiap-tiap ilmu sosial, seringkali dibingungkan oleh jumlah konsep yang sangat banyak yang membentuk struktur tiap disiplin. Konsep-konsep ini khusus sifatnya untuk disiplin-disiplin.
Banyak sekali konsep yang tidak mungkin dipelajari semuanya oleh siswa selama mereka bersekolah. Tetapi jika diperhatikan daftar konsep dasar, kita dapat melakukan observasi yang menarik. Ternyata ada beberapa konsep yang merupakan bagian dari struktur tiap ilmu sosial.
Konsep-konsep ini, seringkali disebut konsep inti atau “core concept”, bersifat interdisiplin. Artinya konsep-konsep itu ditemui dalam ilmu-ilmu social karena itu merupakan konsep-konsep yang kuat untuk menentukan scope kurikulum IPS.


Selain core concept terdata juga key concept (konsep kunci), yaitu suatu konsep yang hanya spesifik terdapat pada satu disiplin ilmu sosial saja. Dan tiap disiplin ilmu sosial memiliki key concept. Misalnya key concept Geografi adalah population (kependudukan), land (tanah), dan ruang.
Program pengajaran IPS yang sudah berkembang, merupakan program pengajaran yang bersumber pada konsep-konsep dasar ilmu sosial yang diperkaya dengan fakta-fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan sekelilingnya.
Model Pembelajaran integrasi pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik bermakna dan otentik. Karakteristik model pembelajaran integrasi adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
Pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk sekolah dasar karena pada jenjang ini siswa meghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yangar tificia l.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah (1)fragmented (2)connected (3)nes ted (4)s equenced (5)shar ed (6)webbed, (7)thr eaded (8)integr ated (9)im m er s ed (10)networ ked
1. Model Penggalan (Fragmented)
PembelajaranFragmented seperti pada pembelajaran tradisional yang memisah-misahkan disiplin ilmu atas beberapa, seperti matematika, sains, bahasa, dan studi sosial, serta humaniora, sains dan seni. Model ini mengajarkan disiplin-disiplin tersebut secara terpisah tanpa adanya usaha untuk mengaitkan atau memadukan.
2. Model Keterhubungan (Connected)
Modelconnected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosa kata, struktur, membaca dan mengarang. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam mebentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis.
3. Model Sarang (Nested)
Modelnested merupakan pemaduan bebagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Modelsequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Pembelajaran terpadu bertahap merupakan pembelajaran yang ditempuh dengan cara mengajarkan dua mata pelajaran yang secara material (bahan ajar) memiliki kesamaan materi dan keterkaitan antar keduanya. Terpadu ini ditempuh dalam upaya mengutuhkan atau menyatukan materi-materi yang bercirikan sama dan terkait agar lebih menyeluruh dan utuh.
5. Model Berbagi (Shared)
Modelshared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Pembelajaran terpadu berbagia adalah pendekatan atau tata cara pembelajaran yang dilakukan dengan cara berbagi pokok bahasan (materi) diantara mata pelajaran yang tumpang tindih (dimana satu pokok bahasan terdapat pada beberapa mata pelajaran). Penggunaan strategi pembelajaran model ini secara metodologis dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa secara lebih efektif karena pendekatan ini menuntun siswa untuk membuka wawasan dan cara berfikir yang luas dan mendalam melalui pemahaman terhadap konsep secara lintas disiplin ilmu.
6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran terpadu jejaring adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
7. Model Galur (Threaded)
Pembelajaran terpadu bergalur merupakan pendekatan pembelajran yang ditempuh dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang merupakan benang merah (galur) yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu. Modelthreaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan, misalnya melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel. Bentukthreaded ini berfokus pada apa yang disebutmeta- curriculum.
8. Model Keterpaduan (Integrated)
Modelintegrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Model ini berangakat dari adanya tumpang tindih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran sehingga perlu adanya pengintegrasian multi disiplin.
9. Model Celupan (Immersed)
Modelimm er s ed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini, tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
10. Model Jejaring (Networked)
Terakhir, modelnetworked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN TERPADU
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa kelamahan dan keunggulan.
Keunggulan dan kelemahan tersebut diantaranya berikut ini :
1. Keunggulan Pembelajaran Terpadu
a. Mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas.
b. Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan kesiapan siswa.
c. Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi.
d. Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran, disamping menyederhanaan langkah-langkah pembelajaran
Oleh karena itu, guru-guru profesional IPS harus memahami dengan baik tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial.
Mulyono Tj. Dan Sarijan, menyatakan bahwa Program Pengajaran IPS dalam bentuk pengajaran konsep, memberi beberapa aspek positif (keuntungan).
- Pengajaran konsep menjadikan program IPS menjadi konsepsional yang lebih didasarkan pada aspek pengertian/pemahaman, daripada aspek hafalan. Oleh sebab itu, Pengajaran IPS menjadi lebih tidak mudah dilupakan.
- Murid-murid menjadi mudah untuk memahami proses-proses yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Sebab konsep yang disajikan pada murid, sedapat mungkin diangkat atau diasosiasikan tentang kehidupan (permasalahan) sosial (contemporary affairs and contemporary concept).
- Konsep yang dipahami membuat sesuatu peristiwa menjadi lebih jelas kaitannya satu sama lain. Bagi pengajaran IPS sifat menyeluruh penting untuk diketahui dan dipahami karena yang integral. Pengertian konsep agak berbeda dengan pengertian topik (topic). Topik adalah konsep yang sudah dibatasi oleh pengertian ruang dan waktu.
- Teknik mengajar yang berpusat pada topik yang mendorong murid untuk membahas banyak fakta sejarah, sedangkan yang berpusat pada konsep cenderung memilih dan mengorganisir fakta-fakta sejarah menjadi satu pengertian yang konsepsional.
- Teknik metode pengajaran yang berpusat pada topik memiliki hubungan yang samar-samar antara materi pelajaran dengan tujuan instruksional, sedang yang berpuusat pada konsep, menjadikan konsep itu sendiri, sebagai tujuan instruksional yang akan dicapai.
- Teknik atau metode pengajaran yang berpusat pada topik cenderung boros dalam penggunaan akokasi jam pelajaran, sedangkan yang berpusat pada konsep, akan menggunakan alokasi jam pelajaran secara efisien dan efektif.

B. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran IPS
Menurut LAWSON, 1991 (dalam Pendekatan Pembelajaran.(www.google.com) diakses 28 desember 2011 jam 09.50 ”pendekatan adalah segala strategi atau cara yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisien proses pembelajaran materi tertentu”. Masalah pendekatan dalam pengajaran IPS, merupakan masalah yang penting, bahkan merupakan masalah yang mendasar. Yang dimaksud dengan pendekatan (approach) adalah sudut pandang yang digunakan dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah. ”Pendekatan (approach) memiliki pengetahuan yang berbeda dengan strategi” Sanjaya Wina (dalam Pendekatan Pembelajaran.(www.google.com) diakses 28 desember 2011 jam 09.50
Misalnya, pengajaran IPS berdasarkan pendekatan kemasyarakatan (Community Approach), ialah sudut pandang (dimensi) yang dipergunakan dalam mengajarkan atau mempelajari IPS, dengan mengambil masyarakat (community) sebagai fokus (titik pusat) peninjauan pembahasan. Oleh karena itu, topik yang diambil (dipilih), biasanya diangkat dari kehidupan masyarakat sehari-hari (Contemporary Society).
Pengajaran IPS berdasarkan pendekatan “Exppanding Environment” (pendekatan berdasarkan perluasan lingkungan hidup). Artinya, sudat pandang yang digunakan dalam mempelajari/mengajarkan IPS dengan prinsip, mengawali dari lingkungan hidup yang paling kecil. Misalnya, keluarga, kemudian diperluas sampai pada IPS dunia.
Perlu difahami bahwa suatu program pengajaran IPS tidak hanya mempergunakan suatu jenis pendekatan tertentu, tetapi secara bersama dapat menggunakan dan beberapa pendekatan, sesuai dengan kebutuhan dan relevannya. Beberapa jenis (macam) pendekatan dapat disebutkan secara skematis sebagai berikut:


Diantara bentuk-bentuk pendekatan itu yang penting untuk di ketahui, karena sanngat relevan dengan Program IPS masa sekarang adalah pendekatan struktur.
Pendekatan ini berorientasi pada jenis disiplin (cabang) ilmu sosial yang digunakan sebagai komponen, dan sebagai dasar penyusun Program Pengajaran IPS, serta bagaimana status dan antara hubungan disiplin-disiplin tersebut. Pendekatan ini meliputi :
1. Pendekatan Struktural (Struktural Approach)
Yaitu pendekatan dimana pengajaran IPS diberikan dalam bentuk penyajian bermacam-macam disiplin Ilmu Sosial (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, dan lain-lain) secarah terpisah, tanpa mempersatukan satu sama lain. Sebagai contoh adalah pengajaran ilmu-ilmu sosial di SD, SMP, dan SMA menurut kurikulum 1968. Dimana tiap-tiap cabang (disiplin) ilmu sosial diajarkan secara terpisah, sering kali oleh guru yang berbeda dengan nilai yang masing-masing berdiri sendiri dalam buku laporan murid.
Alasan-alasan penggunaan pendekatan struktur (disiplin)
1. Pengaruh disiplin ilmu-ilmu social didalam IPS sangatlah besar
- Sumbangan disiplin kepada IPS yang berupa ide-ide dasar, konsep-konsep, generalisasi,generalisasi serta teori-teori daripada disiplin itu sendiri.
- Metodologi ilmu social yang dibawa masuk kedalam IPS
2. Untuk mendapatkan gambaran tentang kontinuitas antara konsep-konsep ilmu-ilmu social dengan konsep-konsep IPS
3. untuk mendapatkan gambaran tentang struktur dari ilmu-ilmu social tertentu.
4. Untuk mendapatkan kedalaman pembahasan tentang konsep-konsep ilmu-ilmu social
5. keperluan siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam sebagai bekal untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi/universitas.
6. pada sekolah-sekolah tertentu jurusan-jurusan khusus membutuhkan pendalaman tentang suatu konsep dari suatu disiplin sehingga memerlukan kekhusukan dalam penyampaian.
7. pengaruh program mengajar yang tersedia (dengan latar belakang pendidikannya)
8. adanya sumber-sumber bahan buku-buku teks yang tersedia.
9. metode-metode yang ada banyak dikenal masih bersifat “subject centered”
10. Alat-alat peraga yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya tersedia untuk mata-mata pelajaran tertentu.
b. Pelaksanaan Penggunaan Pendekatan Struktur Disiplin dalam IPS
1. Memilih pokok-pokok bahasan/sub pokok bahasan dalam kurikulum yang tidak disampaikan melalui pendekatan inter disiplin, multidisiplin atau kemasyarakatan.
2. menyusun pokok bahasan/sub pokok bahasan dari kurikulum yang mempunyai hubungan/relevansi yang erat menjadi suatu unit (subject matter unit)
3. mengambil pokok-pokok bahasan yang dianggap kunci (key-concept) untuk dijadikan inti (inti “topicweb”) yang kemudian didukung oleh konsep-konsep lainnya.
4. mempertautkan sesuatu pokok bahasan/sub pokok bahasan yang berupa konsep dari suatu disiplin dengan beberapa konsep dari disiplin lain yang terdapat dalam bagian lain dari kurikulum.
c. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi
1. penyusunan suatu satu pembelajaran dengan pendekatan ini adalah sangat sulit, karena tidak adanya pedoman yang tegas untuk memilih pokok bahasan kunci dan pokok-pokok bahasan pendukung.
2. pandangan tiap-tiap pengajar tentang sesuatu konsep, kedalaman maupun keleluasaannya, sangat tergantung pada latar belakang pendidikannya
3. keterampilan guru untuk mempertautkan konsep-konsep sangatlah terbatas dan dipengaruhi oleh berbagai factor (antara lain waktu, kesempatan, refrence, dan dsb). Ini dapat mengakibatkan pelajaran IPS menjadi “kering” dan menjadi “separated subject”
Pendekatan struktural, disebut dengan bermacam-macam istilah, yaitu: Pendekatan Tradisional (Traditional Approach), Pendekatan Monodisiplin (Moni/single Dicipline Approach), Pendekatan Terpisah (Separated Approach). Disebut pendekatan tradisional, karena cara atau sistem pendekatan ini sudah lama sekali dilaksanakan secara tradisional, tanpa mengalami perubahan/pembaharuan.
Dinamakan Pendekatan Monodisiplin dan Pendekatan Terpisah, karena dalam sistem pendekatan ini kenyataannya yang diajarkan adalah monodisiplin yang terpisah satu sama lain.
Sedangkan kurikulum yang disusun/diorganisir berdasarkan pendekatan ini (tiap-tiap disiplin ilmu sosial disusun sebagai mata pelajaran yang terpisah satu sama lain) disebut dengan nama subject matter curriculum atau separated curriculum.
Kurikulum 1968 (untuk SD, SMP, SMA), adalah contoh subject matter curriculum atau separated curriculum. Sepeerti telah dijelaskan sistem pendekatan struktural (pendekatan tradisional, pendekatan monodisiplin) pada dewasa ini sudah dianggap tidak relevan.
Pertama:
Pendekatan ini dianggap tidak efektif dalam penggunaan alokasi waktu. Karena dengan mengajarkan disiplin-disiplin ilmu sosial secara terpisah maka banyak konsep-konsep yang disajikan secara berulang-ulang, sebab seperti dijelaskan banyak sekali konsep-konsep (core concept) yang dimiliki oleh beberapa disiplin Ilmu Sosial secara bersama-sama.
Kedua:
Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks, maka kehidupan sosial saling berkaitan satu sama lain. Demikian pula permasalahan-permasalahan sosial yang timbul bersumber dari aspek sosial yang timbul bersumber dari aspek sosial yang saling berkaitan pula. Oleh karena itu, pemecahan terhadap problem-problem sosial harus dilakukan dari bemacam-macam aspek sosial secara bersama pula. Dengan demikian Ilmu Pengetahuan Sosial yang bertujuan memberi dasar-dasar pengertian, pemahaman, bahkan bertujuan memberi dasar-dasar keterampilan kepada anak untuk memecahkan problem-problem sosial tidak mungkin lagi mengajarkan disiplin-disiplin ilmu sosial secara terpisah satu sama lain.

2. Pendekati Integratif atau Broadfield
Pendekatan ini, sekarang dianggap sebagai pendekatan yang paling tepat untuk bidang studi IPS yang berfokus pada kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan ini sedang dikembangkan dalam Program Pengajaran IPS, mulai ditingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Pendekatan ini merupakan pendekatan dimana Program Pengajaran IPS diberikan dalam bentuk penyajian bahan-bahan (materi) atau konsep disiplin-disiplin ilmu sosial yang saling dipertautkan. Hasilnya pada topik “Transmigrasi”. Maka pembahasannya akan diisi deng materi-materi disiplin ilmu sosial sebanyak mungkin. Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, Sosiologi, dan sebagainya, akan memberi sumbangan dalam pembahasan tersebut.
Sehingga pembahasan topik “Transmigrasi” tersebut benar-benar merupakan hasil paduan (ramuan) bermacam-macam disiplin ilmu sosial, sehingga membentuk suatu IPS sebagai bidang studi “areas of study” yang bersifat integratif atau boardfield. Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa pendekatan ini, dianggap pendekatan yang paling relevan, oleh karena itu dikembangkan dalam Program Pengajaran IPS. Tetapi, kesulitan dari pelaksanaan penggunaan pendekatan ini, di Indonesia dapat dikatakan belum ada guru IPS yang generalis, yang kita miliki baru guru-guru ilmu sosial yang spesialis. Sebagaimana transisi, maka kesulitan tersebut ditempuh dengan jalan membentuk “Team Teaching” antara guru-guru ilmu sosial.
Didalam Program Pengajaran Bidang Studi IPS yang bersifat integratif atau boardfield, melihat tingkat-tingkat pemaduan (pengintegrasian) disiplin-disiplin ilmu sosial yang menjadi komponen IPS, dapat dibedakan berapa jenis pendekatan, yakni:
3. Pendekatan Korelasi (Corelated Approach),
Pada pendekatan ini sebenarnya disiplin-disiplin ilmu sosial seperti Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, dan lain lain. Masing-masing masih berdiri sendiri dan terpisah penyajiannya. Tetapi, disisi lain Ilmu Sosial fokusnya sama, yakni:
”Masyarakat manusia beserta lingkungan hidupnya”, maka disiplin-disiplin ilmu sosu-ial itu dikorelasikan dalam satu bidang studi. Tahap korelasi ini dianggap sebagai tahap peralihan dari pendekatan struktural kearah pendekatan integratifyang sebenarnya.

4. Pendekatan Multidisiplin (Multi Diciplinary Approach),
Pada Pendekatan Multi Disiplin ini Program Pengajaran IPS sudah menyajikan bermacam-macam disiplin Ilmu Sosial dalam sajtu kesatuan. Sehingga IPS sudah merupakan suatu bidang studi yang terdiri dari beberapa kompenen Ilmu Sosial, tetapi komponen-komponen (disiplin-disiplin Ilmu Sosial) itu tidak menyumbang secara sama. Pada pendekatan multidisiplin, biasanya salah satu disiplin ilmu sosial bersifat dominan (memeberi sumbangan paling banyak/ paling kuat), sedangkan disiplin-disiplin yang lain bersifat melengkapi. Misalnya pada topik “Lingkungan Hidup”, maka komponen yang bersifat dominan adalah Geografi. Sedangakn komponen lainnya seperti Sejarah, Ekonomi, Antropologi, dan Sosiologi, hanyan sekedar melengkapi,dan turut ambil bagian saja.
Biasanya pada pendekatan multidisiplin, yang dijadikan topik adalah key concept (konsep kunci) dari suatu disiplin ilmu sosial. Dan dengan sendirinya, disiplin yang memiliki kec concept itulah yang bersifat dominan. Sedang disiplin-disiplin ynag lain hanya bersifat menambah dan mengekapinya.
Di Amerika Serikat misalnya, banyak model pengajaran IPS (Social Studies) berdasarkan pendekatan multidisiplin yang bertumpu pada Antropologi dalam mempelajari topok-topik disiplin-disiplin lainnya, seperti Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, hanya dipergunakan sebagai ilmu-ilmu bantu yang juga diperlukan (ingat Amerika Serikat merupakan Negara Multirasial dengan masalah Negroes dan Indians yang hampir tak terselesaikan).
Pendekatan Multidisipli mengarah pada pendekatan topik secara cross cultural, atau mendekati topok dari perspektif multikultural.
5. Pendekatan Interdisiplin (Inter Diciplinary Approach)
Pada hakekatnya, model pembelajaran dengan pendekatan interdisiplin tidak berbeda secara prinsipiel dengan mode pengajaran berdasarkan pendekatan multidisiplin. Hanya pada pendekatan interdisiplin, tiap disiplin yang menjadi komponen IPS menyumbang secara sama banyak (sama kuat).
Olek karena itu, topik-topiknya yang dijadikan pokok pembahasan pada pendekatan interdisiplin bukanlah key concept, melainkan core concept yang seringkali dimiliki secara bersama-sama oleh sejumlah disiplin Ilmu Sosial yang menjadi komponen bidang studi IPS.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah adanya demikian banyak konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam pengajaran selama masa sekolah. Kesukaran terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling efektif untuk digunakan. Pendekatan interdisiplin menunjukkan bahwa beberapa konsep yang terpakai oleh disiplin ilmu-ilmu sosial adalah sama. Konsep ini disebut konsep inti atau “care concept”. Dalam kenyataanya konsep ini merupakan dasar bagi lebih dari satu disiplin, karena itu dipandang merupakan konsep yang penting untuk dikembangkan dalam kurikulum.
Pendekatan ini juga berisi unsur-unsur “cross cultural” dengan tujuan agar para siswa menyadari kesamaan-kesamaan diantara orang diseluruh dunia. Unsur-unsur cross cultural juga akan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami bahwa perilaku yang unik dari orang itu kebanyakan perilaku hasil belajar. Penanganan konsep-konsep di dalam mode spiral harus juga dikembangkan dalam pendekatan ini. Misalnya, pembahasan topik “Kehidupan Masyarakat Desa” secara interdisiplin, topik tersebut dapat menjadi core concept dari berbagai disiplin Ilmu Sosial (khususnya Ekonomi, Geogafi, Sosiologi, dan Antropologi) secara bersamaan. Oleh sebab itu, disiplin-disiplin tersebut dapat menyumbang materi pada pembahasan topik yang sama banyak/sama kuat. Ekonomi membahas/meninjau dari segi pemenuhan kebutuhan hidup, Geografi dari aspek lingkungan alam, sosiologi dari kemasyarakatan, dan antropologi dari segi sosio-budayanya, sedangkan Sejarah dapat melengkapinya dari pandangan historinya. Dengan demikian, pada pembahasan topik tersebut, tidak ada suatu komponen atau disiplin sosial (tertentu yang bersifat menonjol).
6. Pendekata Fusi (Integrated Approach)
Pendekatan Fusi sebenarnya sama dengan Pendekatan Interdisiplin. Hanya pada pendekatan fusi, komponen-komponen IPS yang menyumbang sama besar dan sama kuat, disiplin disiplin ilmu-ilmu sosial yang menjadi komponen IPS itu terpadu secara sempurna (luluh). Sehingga dapat dikatakan tidak terlihat sama sekali batasan-batasannya. Hal ini dapat dibandingkan denga luluhnya pasir, semen merah, kapur, semen, dan air yang membentuk adonan baru. Model pendekatan ini digunakan dalam program IPS Sekolah Dasar.
7. Pendekatan Pradisiplin (Prediciplinary Approach)
Pendekatan inimungkin dapat digunakan pada program pengajaran IPS Sekolah Dasar. Pemberian nama pendekatan predisiplin, mencerminkan bahwa untuk siswa-siswa tingkat Sekolah Dasar, ajaran IPS berisi panduan konsep-konsep (aspek-aspek) waktu, peristiwa, ruang, lingkungan hidup, pemenuhan kebutuhan hidup, kependudukan, dan sebagainya, dalam acuan yang sederhana, sesuai dengan tingkat psikologis serta rasionalnya anak.
Kepada siswa-siswa Sekolah Dasar tersebut, tidak diharuskan memahami bahwa konsep-konsep (aspek-aspek) tersebut merupakan konsep-konsep disiplin ilmu sosial seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi, Antropologi, dan sebagainya.
Pendekatan yang lain seperti:
8. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada proses perolehan hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya merupakan pemberian informasi, sehingga hasilnya kurang bermakna dan kurang bertahan lama. Kondisi demikian cenderung memperlihatkan modus pembelajaran yang lebih expository.
9. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan ketrampilan proses merupakan pendekatan yang mengembangkan keterampilan memproseskan pemerolehan, sehingga peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan secara bebas dan kreatif fakta dan konsep serta mengaitkannya dengan sikap dan nilai yang diperlukan. Hal ini dapat dilakukan karena pendekatan keterampilan proses dilakukan sebagaimana layaknya ilmuan menemukan pengetahuan (menggunakan langkah-langkah metode ilmiah), sehingga kevalidannya dapat diandalkan.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pengertian konsep menurut para ahli, (http://carapedia.com/pengertian_definisi_konsep_menurut_ahli_info402.html) diakses 27 Desember 2011 jam 19:15
Anonim.perang Paregre.(http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Paregreg) diakses 26 Desember 2011 jam 19:46
Anonim.Perang Diponogoro.(http://id.wikipedia.org/wiki/Diponegoro) diakses 26 Desember 2011 jam 19:41
Anonim.Perang Aceh.(http://id.wikipedia.org/wiki/Diponegoro) diakses 26 Desember 2011 jam 19:48
Anonim.Perang paderi.(http://id.wikipedia.org/wiki/Diponegoro) diakses 26 Desember 2011 jam 19:50
Anonim.Perang Candu.(http://id.wikipedia.org/wiki/Diponegoro) diakses 26 Desember 2011 jam 19:45



Anonim.jenis-jenis pendekatan (http://www.scribd.com/doc/24302628/Pembelajaran-IPS) diakses 28 november 11 13;45
Lubis, shofi maulida.2010. jenis-jenis pendekatan, diakses 28 November 11 jam 9:28 dari (http://soefhimaulida.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-pendekatan.html)
LAWSON, 1991”( dalam http://soefhimaulida.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-pendekatan.html) diakses 28 November 11 jam 9:28
Waney, Max Helly.1989. wawasan ilmu pengetahuan sosial. Jakarta:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Anonim.Pendekatan integratif, (http://www.infoptk.com/pendekatan-integratif) 28 November 11 jam 9:23Anonim.
Pendekatan Pembelajaran.(www.google.com) diakses 28 desember 2011 jam 09.50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar